Refleksi 2 Filsafat Ilmu
Pengertian Intuitif dan Formal
Intuitif merupakan hal – hal yang
dilakukan manusia bisa berupa pengalaman – pengalaman dan kadang berlangsung
cepat, tanpa adannya proses yang lama tanpa berpikir panjang. Intuitif yang
dimiliki anak- anak 100%, karena sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan oleh
anak- anak untuk mengeksplor pengalaman- pengalaman yang dia miliki. Dan makna
formal pada orang dewasa hanya 3 – 5% . Pada kenyataanya orang dewasa yang
mengendalikan apa saja yang menjadi pengalaman anak. Disinilah seakan – akan
menyetting anak- anak menjadi robot, sehingga mereka kehilangan intuisinya,
sebagai contoh seorang anak akan mengambil kiriman barang di JNE dengan
memakai GPS, ketika anak ditanya dia tidak tahu mengambil barang
tersebut di JNE yang mana, dia hanya mengikuti arah dari GPS.
Contoh lagi pada pembelajaran matematika guru sebagai penggerak dimana siswa
belajar, faktanya guru lebih memilih cara – cara instan dalam proses belajar
mengajar, guru memberikan sebanyak – banyaknya contoh soal berikut cara
penyelesaiannya, kemudian siswa diberi soal yang setipe yang mana
penyelesaiainya, siswa mengikuti yang telah dicontohkan. Disini terlihat bahwa
siswa hanya terpacu, terpatok, pada satu jalan penyelesaian, padahal masih
banyak jalan menuju Roma. Guru tidak memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengeksplor ide – ide yang sebenarnya perlu digali dari masing- masing siswa.
Pada hakekatnya matematika itu tidak hanya memiliki satu proses penyelesaian
saja walaupun jawaban akhir itu sama. Contoh:
5 + 5 = 10
5 + 5 = 20 -10
5 + 5 = 7 + 3
Dst
Pada anak – anak pastilah kebanyakan akan menjawab solusi
yang pertama yaitu: 5 + 5 = 10
Itu karena guru hanya mencontohkan satu itu saja. Ini sama
saja guru mematikan ide – ide siswa, mengajarkan siswa menjadi jiwa – jiwa
pengekor, sehingga siswa akan kehilangan intuisinya. Sebaiknya peran guru
sebagai pendidik harus inovatif dan kreatif dalam mengajar. Seperti
mengembangkan model pembelajaran open ended, dimana siswa mengerjakan
soal dengan multidimensi penyelesaian, namun hasil akhir tetap sama. Banyak
guru yang belum berpikir kreatif karena dari guru sendiri tidak mau atau tidak
ingin menyempatkan diri untuk berpikir inovatif, tidak mau melakukan perubahan
dari waktu ke waktu, mengajar hanya bersifat konvensional saja, monoton, tidak
ada menariknya, sehingga matematika dianggap “saklek” atau formal, angker,
penuh rumus, oleh sebab itu mereka lebih memilih Iphone, Tablet, Hp dan
barang – barang elektronik lainnya. Karena barang elektronik dari tahun ke
tahun pasti mengalami perubahan diberi banyak gadget dan permainan yang
sifatnya “seru”, dunia anak suka sekali dengan yang sifatnya
“seru-asyik-menarik” . Bagi para guru dan pemerhati pendidikan inilah saatnya
untuk segera berubah kearah yang lebih baik dimulai dari diri sendiri “ibda’
binnafsi”.