Rasionalisme
Sebagai
pelopor aliran rasionalisme adalah Rene Descrates, berpendapat bahwa: “sumber pengetahuan yang
dapat dipercaya adalah akal”. Hanya
dengan akallah semua ilmu pengetahuan dikatakan ilmiah dan terpercaya. Rasionalisme
tidak mengingkari kegunaan indra dalam memperoleh pengetahuan; pengalaman indra
diperlukan untuk merangsang akal manusia dan memberikan bahan- bahan yang menyebabkan
akal dapat bekerja dengan baik.Akan tetapi akal dapat juga menghasilkan
pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan indrawi sama sekali. Jadi akal dapat
juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang benar- benar abstrak, dengan
kata lain aliran rasionalisme mendewakan akal pikiran manusia.
Rene
Deskcrates menegaskan dalam buku Discourse de la Methode (1637):” perlu
adanya metode yang jitu sebagai dasar kokoh sebagai dasar pengetahuan, yaitu
dengan cara menyangsikan segalanya, secara metodis”. Akan tetapi hanya satu hal
yang tidak dapat diragukan yaitu :” saya ragu- ragu”. Ini bukan khayalan
tetapi kenyataan bahwa “ aku ragu – ragu”. Jika menyangsikan sesuatu,
aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Bahasa yang digunakan
Descrates “ Cogito Ergo Sum” : Aku berpikir (=menyadari ), maka aku ada.
Itulah kebenaran yang tidak bisa disangkal lagi.
Descrates
menerima 3 realitas atau substansi bawaan yang sudah ada sejak lahir, yaitu: 1).
realitas pikiran (res cogitan), 2). Realitas perluasan (res extensa “extention”)
atau materi, dan 3). Tuhan (sebagai wujud yang seluruhnya sempurna). Pikiran
sesungguhnya adalah kesadaran, tidak dapat dibagi – bagi secara parsial menjadi
bagian yang lebih kecil. Materi adalah keluasan mengambil tempat dan dapat
dibagi – bagi dan tak memiliki kesadaran, kedua substansi itu berasal dari
Tuhan. Descrates adalah seorang dualis yang menerapkan pembagian tegas antara
realitas pikiran dan realitas yang meluas. Manusia memiliki keduanya, sedangkan
binatang hanya memiliki realitas keluasan, manusia memiliki badan sebagaimana
binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana malaikat. Binatang diibaratkan mesin
mekanistik sedangkan manusia diibaratkan mesin otomat yang sempurna karena dari
pikirannya. Mesin otomat zaman kontemporer saat ini adalah komputer yang tampak
memiliki kecerdasan buatan.
Rene
Descrates disebut sebagai bapak filsafat modern, ia ahli dalam bidang ilmu
alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran. Kemunculan rasionalisme sekaligus
menandakan munculnya humanisme yaitu pandangan bahwa manusia mampu mengatur
dunia dan dirinya. Inilah zaman humanisme. Munculnya rasionalisme bisa dianggap
sebagai awal perkembangan manusia modern yaitu manusia yang berpikir secara
rasional, yang tidak percaya adanya takhayul, mitos dan khayalan – khayalan yang
tidak masuk akal, secara otomatis paham rasionalisme yang tidak sesuai akal
budhi manusia akan terdepak dari pikiran manusia itu sendiri. Logika adalah
ajaran mendasar rasionalisme pemikiran yang abstrak belum jelas dan terang
dapat mencapai kebenaran yang fundamental seperti yang terdapat dalam ilmu
pasti (matematika) dan ilmu logika.
Disisi
lain ada yang menentang adanya aliran rasionalisme yaitu kelas empirisme,
yang menyatakan bahwa: “sumber pengetahuan berasal dari pengalaman, bukan dari
rasio”. Dengan kata lain empirisme menekankan bahwa tidak ada
pengetahuan yang masuk pikiran manusia kecuali manusia itu sendiri mengalami
dan mengamati dengan indrawinya. Kedua filsafat ini saling bertentangan dan
berjalan pada pemikirannya masing – masing. Hingga akhirnya munculah pemikiran
Renaissance sampai pada penyempurnaanya, yaitu tercapainya kedewasaan
pemikiran, terdapat keseragaman mengenai sumber pengetahuan yang secara alamiah
yang dapat dipakai manusia yaitu melalui akal dan pengalaman.
Kelebihan
rasionalisme adalah dalam hal menalar dan menjelaskan pemahaman- pemahaman yang
rumit, rasionalisme memberikan kontribusi kepada mereka yang tertarik
menggeluti masalah – masalah filosofi. Namun disini tetap ada kekurangan dari
rasionalisme tidak semua manusia yang mampu dan mau berpikir radikal atau
pemikir jelas hal ini tidak bisa di generalisasikan untuk semua manusia, karena
setiap manusia tidaklah sama dilahirkannya. Rasionalisme memahami objek diluar
cakupan rasionalitas sehingga titik kelemahan tersebut mengundan kritikan yang
sangat tajam, sekaligus memulai permusuhan sesama pemikir filsafat seperti
mulai bermunculan aliran empirisme, kritisme dan positivisme yang kurang
setuju dengan pemikiran filosofis yang subjektif tersebut.
Sumber: Sholihin. 2006. Perkembangan pemikiran
filsafat dari klasik hingga modern. Bandung: Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar