OBROLAN
FISAFAT ILMU DENGAN BAPAK PROF. MARSIGIT
(REFLEKSI 17 OKT 2014 / PUKUL: 10.00-11.40)
Prof. Marsigit :
Silahkan spontan apa yang anda ingin tanyakan seputar filsafat
Singkat
dan tidak terlalu panjang.
Lidrawati : Mengapa pendekatan saintifik
dapat mereduksi nilai- nilai spiritual kita?
Prof.
Marsigit : Dapat ditinjau dari
kerangka umum, tetapi dapat ditinjau dari
subtansinya, kerangka umum dapat saya gambarkan jikalau metode saintifik itu
dari paradigmanya kaum positivisme yang dipelopori oleh Aguste Comte, dimana ia
meletakkan spiritualitas ada dibawah masalahnya, dan dia mempunyai paradigma
untuk menggapai masyarakat harus punya jiwa positif, jiwa positif itulah yang
disebut saintifik, jadi untuk mengeksplor dunia tiada batas hasilnya nya pun
tiada batas, jika saintifik berasal dari sini jelas bahwa positif spiritulaitas
itu sudah terpinggirkan sejak Aguste Comte, bukan hanya mereduksi tetapi juga bermasalah,
jadi genderang terangnya saintifik terhadap spiritualnya itu sudah dimulai sejak
2 abad yang lalu (sejak zaman Aguste Comte), hanya masalahnya seberapa jauh kita menyadarinya.
Nurhayati : Bagaimana kita mengetahui yang
terbaik untuk kita?
Prof.
Marsigit :Secara filsafati indikatornya ialah anda berada dalam ruang dan
waktu yang tepat dalam keadaan berdo'a
itulah yang terbaik, maka sebenar2 hidup berjuang dalam ruang dan waktu yang
tepat. Harapannya kita mempunyai keterampilan menembus ruang dan waktu, ketika
tiba solat jum’at waktunya sholat segera dikerjakan tetapi jika masih
mengabaikannya berarti tidak bisa memahami ruang dan waktu.
Riztu : Mungkinkah filsafat orang
lain menjadi filsafatku?
Prof.
Marsigit : Segala yang ada dan mungkin
ada itu adalah filsafat orang lain, tetapi kalau anda hanyamengikuti saja
pikiran orang lain tanpa berfikir kritis, maka anda akan tertimpa bayangannya,
bisa menjatuhkan sifat diri kita yang pada akhirnya anda menjadi manusia yang tidak
tanggap terhadap suatu permasalahan.
La Ode : Bagaimana menjembatani perbedaan setiap orang?
Prof.
Marsigit : Dari sisi filsafat jangankan
orang yang satu dengan orang yang lain, sedangkan aku pun berbeda – beda dari sisi waktu ke
waktu yang lain, karena apa? Karena aku sensitif terhadap ruang dan waktu, maka
ketika aku di dunia tidak berlaku aku dengan aku, aku dengan aku hanya ada di
andaikan atau di akherat, maka sifat didunia itu kontradiksi, karena predikat
tidak sama dengan subyeknya. Untuk menjembataninya dengan metode sintetik
aposteriori untuk urusan dunia, dan untuk urusan logika dan pemikiran analitik
menurut Immanuel Kant mengunakan metode sintetik apriori, jembatannya silahkan
dialami setelah dialami dipikirkan setelah memperoleh pengetahuannya gunakan
pengetahuan itu untuk mencari pengalaman demikian seterusnya itulah
heurmenetika, itulah diri kita yang tidak pernah diam selama kita masih hidup
pasti selalu akan terjadi seperti itu sangat intensif, sangat tepat dan sangat
halus, kita tidak menyadarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar