Kamis, 30 Oktober 2014

AJAKAN PARA SPIRITUALIS UNTUK TURUN KE LEMBAH DUNIA FILSAFAT (REFLEKSI 24 OKTOBER 2014 PUKUL 10.00 - 11.40)


AJAKAN PARA SPIRITUALIS UNTUK TURUN KE LEMBAH DUNIA FILSAFAT
 (REFLEKSI 24 OKTOBER 2014 PUKUL 10.00 - 11.40)

Filsafat itu adalah olah pikir, karena olah pikir maka kebenarannya tergantung siapa yang berpikir, artinya ada kebenaran subyektif dengan dilihat siapa subyektifnya. Maka kriterianya atau indikatornya atau tolak ukurnya sesuai dengan dimensinya, kalau spiritualitas terukurnya dalil- dalil yang tercantum dalam Alquran dan sunnah Rosul /Hadis. Jika statistik terukurnya validitas dan reliabelitas, baik validitas konstruk, validitas isi,dan validitas logis. Dalam filsafat terukurnya ialah pikiran para filsuf  karena pikiran para filsuf jika dilihat dari sisi spiritualisme maka bisa jadi tak punya makna sama sekali, jadi ini ajakan bagi para spiritualis kalau anda mengukurnya dari segi spiritualis maka tidak mengena, spiritualisnya implisit terkandung dalam dalamnya, maka  para spiritualis yang masih ada di menara gading  sana turun ke lembah dunianya filsafat, sementara filsafat naik ke dunia spiritual itulah faktanya  karena sensitifitas terhadap ruang dan waktu, karena berusaha turun sama saja pikiran anda ketika anda bergaul dengan siswa anda  di SMP jika anda tetap di menara gading pikiran orang dewasa maka menjadi musibah bagi anak SD maupun SMP sehingga kitaperlu turun gunung ke lembah dunianya anak SD maupun SMP, itulah keterukurannya maka tiadalah orang dikatakan berfilsafat kalau tidak merefer pikiran para filsuf, padahal pikiran para filsuf itu jika dinilai dari segi spiritualnya tidak punya nilai apa- apa, hidup itu adalah pilihan , dalam belajar filsafat ini memang pikiran anda dibikin berantakan supaya egonya lurus. Dan awal filsafat dari yang ada maupun yang mungkin ada dunia itu persis apa yang kita pikirkan, sehingga kita bisa membangun dunia dengan pikiran kita.

Kamis, 23 Oktober 2014

OBROLAN FISAFAT ILMU DENGAN BAPAK PROF. MARSIGIT (REFLEKSI 17 OKT 2014 / PUKUL: 10.00-11.40)



OBROLAN FISAFAT ILMU DENGAN BAPAK PROF. MARSIGIT
(REFLEKSI 17 OKT 2014 / PUKUL: 10.00-11.40)

Prof. Marsigit : Silahkan spontan apa yang anda ingin tanyakan seputar filsafat
                          Singkat dan tidak terlalu panjang.

Lidrawati             : Mengapa pendekatan saintifik dapat mereduksi nilai- nilai        spiritual kita?
Prof. Marsigit     : Dapat ditinjau dari kerangka umum, tetapi dapat ditinjau  dari subtansinya, kerangka umum dapat saya gambarkan jikalau metode saintifik itu dari paradigmanya kaum positivisme yang dipelopori oleh Aguste Comte, dimana ia meletakkan spiritualitas ada dibawah masalahnya, dan dia mempunyai paradigma untuk menggapai masyarakat harus punya jiwa positif, jiwa positif itulah yang disebut saintifik, jadi untuk mengeksplor dunia tiada batas hasilnya nya pun tiada batas, jika saintifik berasal dari sini jelas bahwa positif spiritulaitas itu sudah terpinggirkan sejak Aguste Comte, bukan hanya mereduksi tetapi juga bermasalah, jadi genderang terangnya saintifik  terhadap spiritualnya itu sudah dimulai sejak 2 abad yang lalu (sejak zaman Aguste Comte),  hanya masalahnya seberapa jauh kita menyadarinya. 

Nurhayati            : Bagaimana kita mengetahui yang terbaik untuk kita?
Prof. Marsigit    :Secara filsafati  indikatornya ialah anda berada dalam ruang dan waktu yang tepat  dalam keadaan berdo'a itulah yang terbaik, maka sebenar2 hidup berjuang dalam        ruang dan waktu yang tepat. Harapannya kita mempunyai keterampilan menembus ruang dan waktu, ketika tiba solat jum’at waktunya sholat segera dikerjakan tetapi jika masih mengabaikannya berarti tidak bisa memahami ruang dan waktu.

Riztu                  : Mungkinkah filsafat orang lain menjadi filsafatku?
Prof. Marsigit  : Segala yang ada dan mungkin ada itu adalah filsafat orang lain, tetapi kalau anda hanyamengikuti saja pikiran orang lain tanpa berfikir kritis, maka anda akan tertimpa bayangannya, bisa menjatuhkan sifat diri kita yang pada akhirnya anda menjadi manusia yang tidak tanggap terhadap suatu permasalahan. 



La Ode            : Bagaimana menjembatani perbedaan setiap orang?
Prof. Marsigit : Dari sisi filsafat jangankan orang yang satu dengan orang yang lain, sedangkan  aku pun berbeda – beda dari sisi waktu ke waktu yang lain, karena apa? Karena aku sensitif terhadap ruang dan waktu, maka ketika aku di dunia tidak berlaku aku dengan aku, aku dengan aku hanya ada di andaikan atau di akherat, maka sifat didunia itu kontradiksi, karena predikat tidak sama dengan subyeknya. Untuk menjembataninya dengan metode sintetik aposteriori untuk urusan dunia, dan untuk urusan logika dan pemikiran analitik menurut Immanuel Kant mengunakan metode sintetik apriori, jembatannya silahkan dialami setelah dialami dipikirkan setelah memperoleh pengetahuannya gunakan pengetahuan itu untuk mencari pengalaman demikian seterusnya itulah heurmenetika, itulah diri kita yang tidak pernah diam selama kita masih hidup pasti selalu akan terjadi seperti itu sangat intensif, sangat tepat dan sangat halus, kita tidak menyadarinya.

Rabu, 15 Oktober 2014

Rasionalisme ( Refleksi: Jum'at - 10- september 2014/ pukul 10.00 WIB)



Rasionalisme

Sebagai pelopor aliran rasionalisme adalah Rene Descrates,  berpendapat bahwa: “sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal”.  Hanya dengan akallah semua ilmu pengetahuan dikatakan ilmiah dan terpercaya. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indra dalam memperoleh pengetahuan; pengalaman indra diperlukan untuk merangsang akal manusia dan memberikan bahan- bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja dengan baik.Akan tetapi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan indrawi sama sekali. Jadi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang benar- benar abstrak, dengan kata lain aliran rasionalisme mendewakan akal pikiran manusia.
Rene Deskcrates menegaskan dalam buku Discourse de la Methode (1637):” perlu adanya metode yang jitu sebagai dasar kokoh sebagai dasar pengetahuan, yaitu dengan cara menyangsikan segalanya, secara metodis”. Akan tetapi hanya satu hal yang tidak dapat diragukan yaitu :” saya ragu- ragu”. Ini bukan khayalan tetapi kenyataan bahwa “ aku ragu – ragu”. Jika menyangsikan sesuatu, aku menyadari bahwa aku menyangsikan adanya. Bahasa yang digunakan Descrates “ Cogito Ergo Sum” : Aku berpikir (=menyadari ), maka aku ada. Itulah kebenaran yang tidak bisa disangkal lagi.
Descrates menerima 3 realitas atau substansi bawaan yang sudah ada sejak lahir, yaitu: 1). realitas pikiran (res cogitan), 2). Realitas perluasan (res extensa “extention”) atau materi, dan 3). Tuhan (sebagai wujud yang seluruhnya sempurna). Pikiran sesungguhnya adalah kesadaran, tidak dapat dibagi – bagi secara parsial menjadi bagian yang lebih kecil. Materi adalah keluasan mengambil tempat dan dapat dibagi – bagi dan tak memiliki kesadaran, kedua substansi itu berasal dari Tuhan. Descrates adalah seorang dualis yang menerapkan pembagian tegas antara realitas pikiran dan realitas yang meluas. Manusia memiliki keduanya, sedangkan binatang hanya memiliki realitas keluasan, manusia memiliki badan sebagaimana binatang, dan memiliki pikiran sebagaimana malaikat. Binatang diibaratkan mesin mekanistik sedangkan manusia diibaratkan mesin otomat yang sempurna karena dari pikirannya. Mesin otomat zaman kontemporer saat ini adalah komputer yang tampak memiliki kecerdasan buatan.

Rene Descrates disebut sebagai bapak filsafat modern, ia ahli dalam bidang ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu kedokteran. Kemunculan rasionalisme sekaligus menandakan munculnya humanisme yaitu pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan dirinya. Inilah zaman humanisme. Munculnya rasionalisme bisa dianggap sebagai awal perkembangan manusia modern yaitu manusia yang berpikir secara rasional, yang tidak percaya adanya takhayul, mitos dan khayalan – khayalan yang tidak masuk akal, secara otomatis paham rasionalisme yang tidak sesuai akal budhi manusia akan terdepak dari pikiran manusia itu sendiri. Logika adalah ajaran mendasar rasionalisme pemikiran yang abstrak belum jelas dan terang dapat mencapai kebenaran yang fundamental seperti yang terdapat dalam ilmu pasti (matematika) dan ilmu logika.
Disisi lain ada yang menentang adanya aliran rasionalisme yaitu kelas empirisme, yang menyatakan bahwa: “sumber pengetahuan berasal dari pengalaman, bukan dari rasio”. Dengan kata lain empirisme menekankan bahwa tidak ada pengetahuan yang masuk pikiran manusia kecuali manusia itu sendiri mengalami dan mengamati dengan indrawinya. Kedua filsafat ini saling bertentangan dan berjalan pada pemikirannya masing – masing. Hingga akhirnya munculah pemikiran Renaissance sampai pada penyempurnaanya, yaitu tercapainya kedewasaan pemikiran, terdapat keseragaman mengenai sumber pengetahuan yang secara alamiah yang dapat dipakai manusia yaitu melalui akal dan pengalaman.
Kelebihan rasionalisme adalah dalam hal menalar dan menjelaskan pemahaman- pemahaman yang rumit, rasionalisme memberikan kontribusi kepada mereka yang tertarik menggeluti masalah – masalah filosofi. Namun disini tetap ada kekurangan dari rasionalisme tidak semua manusia yang mampu dan mau berpikir radikal atau pemikir jelas hal ini tidak bisa di generalisasikan untuk semua manusia, karena setiap manusia tidaklah sama dilahirkannya. Rasionalisme memahami objek diluar cakupan rasionalitas sehingga titik kelemahan tersebut mengundan kritikan yang sangat tajam, sekaligus memulai permusuhan sesama pemikir filsafat seperti mulai bermunculan aliran empirisme, kritisme dan positivisme yang kurang setuju dengan pemikiran filosofis yang subjektif tersebut.

Sumber: Sholihin. 2006. Perkembangan pemikiran filsafat dari klasik hingga modern. Bandung: Pustaka Setia

Kamis, 02 Oktober 2014

Tugas Refleksi 3 Filsafat Ilmu : Belajar Berfilsafat



Belajar Berfilsafat
            Salah satu ciri pemikiran filsafat adalah berpikir komprehensif dan holistik artinya pemikiran filsafat selalu bersifat menyeluruh dan utuh. Baginya, keseluruhan adalah lebih jelas dan lebih bermakna daripada bagian-perbagian. Holistik artinya, berpikir secara utuh, tidak parsial atau terlepas-lepas dalam kapsul egoisme (kebenaran) sekoral yang sempit. Cara berpikir filsafat yang demikian perlu dikembangkan mengingat hakikat pemikiran itu sendiri adalah dalam rangka manusia dan kemanusiaan yang luas dan kaya (beraneka ragam) dengan tuntutan atau klaim kebenarannya masing-masing, yang menggambarkan sebuah eksistensi yang utuh. Baginya, pikiran adalah bagian dari fenomena manusia sebab hanya manusia lah yang dapat berpikir, dan dengan demikian ia dapat diminta pertanggungjawaban terhadap pikiran maupun perbuatan-perbuatan yang diakibatkan oleh pikiran itu sendiri. Pikiran merupakan kesatuan yang utuh dengan aneka kenyataan kemanusiaan (alam fisik dan roh) yang kompleks serta beranekaragam. Pikiran, sesungguhnya tidak dapat berpikir dari dalam pikiran itu sendiri, sebab bukan pikiran itulah yang berpikir, tetapi justru manusia lah yang berpikir dengan pikirannya. Jadi, tanpa manusia maka pikiran tidak memiliki arti apa pun. Manusia, karenanya, bukan hanya berpikir dengan akal atau rasio yang sempit, tetapi juga dengan ketajaman batin, moral, dan keyakinan sebagai kesatuan yang utuh.
            Pikiran dan manusia memang tidak bisa dipisahkan, tetapi tidak semua orang mau dan mampu berfikir filsafat apalagi secara komprehensif dan holistik. Mereka yang belum mengenal apa itu hakekat dari filsafat pasti akan menganggap hanya sia – sia saja memikirkan hal yang tidak penting apalagi yang sifatnya abstrak. Berfilsafat berarti berfikir mencari kebenaran, mencari makna yang mendalam yang lebih berfikir radikal dan universal dari sesuatu yang dipikirkan oleh manusia yang objeknya terdiri dari yang ada dan yang mungkin ada dan kedua objek tersebut pastilah menembus ruang dan waktu. Setiap manusia bila memandang sesuatu hal, ada yang mungkin sama ada juga yang berbeda – beda karena pada hakekatnya setiap dari kita punya filsafatnya masing - masing, filsafat berarti mencari kebenaran tetapi bukan berarti menolak kesalahan tetapi mempertanyakan mengapa orang melakukan kesalahan dalam berpikir?, orang yang berfilsafat akan terus penasaran dan melakukan pengkajian, penelitian secara radikal, komprehensif dan holistik guna dapat menemukan inti pemikiran atau kebenaran sesungguhnya yang dicari.

Alat Peraga Matematika Sederhana 1

Alat Peraga Matematika Sederhana Terkadang guru dalam kelas bingung membuat alat peraga matematika yang cocok dengan pembelajaran di ...